Honour One Another

Honour One Another. In the Bible, we’re told to honour all people. But what does this mean? How can we honour someone who is different from us, or who has done something that we don’t agree with…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




borrowed time

Let’s break up, No.”

Senyum di wajah Vano seketika luntur begitu saja. Tetapi entah mengapa, dirinya tidak terkejut, seakan dirinya sudah melihat hari ini akan datang — cepat atau lambat.

Vano mendekat ke arah kekasihnya itu lalu mengusap lembut pipi laki-laki kesayangannya itu. “Kalo aku lepasin kamu, will you be happier, Len?” Vano bertanya dengan begitu lembut sambil menatap hangat kedua manik lelakinya itu. “If the answer is yes, aku akan lepasin kamu, Len. Bahagia kamu akan selalu jadi prioritas buat aku. Yang lainnya ngikut di belakang, termasuk bahagia aku.”

Nalen menunduk. Ia tidak sanggup dipaksa harus menatap kedua obsidian lelaki yang begitu ia cintai itu. Lelaki yang selalu berhasil membuatnya merasa begitu dicintai — begitu dihargai. Tidak, Nalen tidak akan lebih bahagia tanpa Vano di hidupnya. Tetapi Nalen juga tau bahwa dirinya tidak boleh egois. Bahwa di sini bukan hanya perihal dirinya dan perasaannya. Bahwa juga tentang insan lain yang masa depannya harus dipertaruhkan.

“Len..” Vano meraih kedua jemari Nalen untuk digenggam. “Kalo ini perihal aku dan masa depan aku, kamu gak usah takut Len, I’ll be fine — we’ll be fine.” ucap Vano. “Aku sayang banget sama kamu, Len. Kamu inget kan janji aku? Aku akan perjuangin kamu sekeras dan sesulit apapun itu.”

Setetes air mata jatuh pada tepat pada jemari tangan Vano — dan itu adalah milik Nalendra. Masih dengan kepala yang ditundukkan, Nalen akhirnya membuka suara, “Gak semudah itu, Vano. Kamu punya masa depan yang harus kamu capai. Kamu masih punya keluarga yang harus kamu jaga martabat dan nama baiknya. Kamu gak bisa rusak itu semua cuman karena aku. Kamu bisa dapetin yang lebih baik daripada aku.” Nalen mengangkat kepalanya untuk menatap wajah Vano dengan kedua matanya yang sudah sepenuhnya memerah. “Sooner or later, perasaan kamu ke aku juga akan luntur dengan berjalannya waktu, No. Tapi engga dengan karir dan juga nama belakang kamu. They will engrave within you forever.”

Vano tersenyum sarkas. “Perasaan aku ke kamu emang keliatan sebercanda itu ya, Len? Apa selama 2 bulan ini kita deket sampe akhirnya jadian rasa sayang aku ke kamu keliatan sebercanda itu, Nalendra?” Vano melepas genggamannya. Ia mengambil satu langkah mundur dan bersandar pada punggung mobil sports kesayangannya itu. Ia mengeluarkan satu box rokok dari saku celananya dan langsung menyelipkan sebatang di antara dua belah bibirnya. Dengan pematik yang selalu ia bawa kemanapun, ia langsung membakar ujung batang tembakaunya dan ia hisap dalam-dalam semua zat-zat kimia berbahaya itu upaya mengurangi semua nyeri di sekujur tubuhnya itu. “Aku udah di titik gak tau lagi harus gimana, Len. Aku mau perjuangin kamu tapi kamu selalu minta untuk dilepas. Aku bingung, Len.”

Nalendra terdiam.

Sekali lagi, Vano menghisap dalam-dalam asap rokoknya yang ia hembuskan ke arah yang berlawanan dari tempat Nalendra berdiri. “Aku sayang banget sama kamu, Len. Sayang banget. Dan aku tau kamu juga tau itu.” Vano menoleh ke arah Nalendra lalu membuang batang rokoknya yang masih setengah itu ke aspal kemudian ia injak untuk matikan bara apinya. Ia kembali menghampiri kekasihnya itu untuk berlutut di hadapannya. “Jawab pertanyaan aku Len. Apa dengan aku lepasin kamu, kamu akan lebih bahagia?”

Nalendra masih terdiam.

“Len..”

“Aku bahagia karena aku tau kamu bakal aman tanpa aku di hidup kamu, No. Aku juga sesayang itu Vano sama kamu, bukan kamu doang. Kamu gak tau gimana setiap malem aku nangis ke Tuhan kenapa aku harus punya masa lalu sekotor itu yang ngebuat jatuh cinta sama kamu feels like a sin, Vano.” Nalen menangis. “Masa lalu aku jauh lebih kotor dari sekedar cuman tidur sama coach kamu, Vano. Kalo akhirnya satu dunia tau hubungan kita dan suatu hari nanti ada yang cari tau soal masa lalu aku — ” Nalen butuh untuk bernafas. Tubuhnya sudah sangat bergetar dan detak jantungnya sudah sangat tidak berirama.

“Sayang, nafas, baby, take a deep breathe sayang.” Vano mengusap-usap jemari kekasihnya. Ia berdiri dari posisinya dan membawa tubuh Nalen ke dalam dekapannya. “Gue sayang banget sama lo, Len. Sayang banget. I’ve never thought I was able to love someone this much before I met you. Jangan putus, Len. Aku jauh lebih milih sakit sama kamu daripada sakit gak sama kamu.”

“No..”

Let’s live in a borrowed time a little bit longer, Len.”

Dan pada detik itu, Nalen sadar bahwa Vano sudah mengetahui semuanya.

Add a comment

Related posts:

BRING OUT THE BEST OUT OF A DISPUTE

The word dispute can be defined in several ways. One meaning is quarrel, in which different opinions are expressed, often in an angry tone. When we apply this definition we agree with Dale Carnegie…

Dealing With Data Science Overload

Ever look at all the data science content on Medium, Linkedin, and other sites and feel like you’ll never learn it all? It can it can get very overwhelming, even for experienced data professionals…

How To Develop and Build MERN Stack

There are so many ways we can build React apps and ship them for production. One way is to build the React app with NodeJS and MongoDB as a database. There are four things that make this stack…